Sang Jawara Pencak Silat Tingkat SD se-Nasional Takut Masuk Sekolah | Inilah Alasannya
ACEH TAMIANG (bareskrim.com) | Keberhasilan salah satu siswi SDN Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang, Eka Safitri (11) membawa harum nama Provinsi Aceh dikancah nasional di bidang olahraga pencak silat tingkat sekolah dasar (SD).
Prestasi yang digapai Eka, sapaannya, ternyata tidak semulus perjuangannya. Sempat terjadi polemik yang mengakibatkan Eka tidak berani masuk sekolah.
Seorang narasumber yang namanya tidak ingin dipublikasikan menyampaikan kepada Ketua AWDI DPC Aceh Tamiang via seluler, (3/10/2018), bahwa hari ini ada seorang siswi yang berprestasi dan berhasil mengharumkan nama Provinsi Aceh untuk bidang olahraga pencak silat.
Siswa tersebut bersekolah di SDN Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang kabarnya enggan masuk sekolah. Hal ini bermula setelah Eka dipanggil oleh kepala sekolahnya tepat sehari anak ini pulang dari Banda Aceh, 2 Oktober lalu.
Masih menurut narasumber, Eka tidak mau masuk sekolah dikarenakan takut. Kepala sekolah tanyain terus tentang uang bonus atau uang pembinaan yang diterima Eka. Sebut narasumber menirukan perkataan Eka dari seberang telepon.
Narasumber juga menyampaikan, pihak sekolah meminta sebagian uang dari Eka sebagai bentuk tanda terima kasihnya kepada sekolah dalam hal ini diwakili sang oknum Kepala Sekolah.
“Kalau tidak mau memberikan, maka pihak sekolah meminta kepada orang tua Eka mengembalikan uang yang sudah dipakai untuk pembinaan Eka hingga menjadi juara pencak silat se-Indonesia tingkat sekolah dasar (SD) dalam waktu satu Minggu,” beber narasumber yang minta namanya tidak disebutkan.
Jelas hal ini tidak hanya menjadi momok yang menakutkan bagi Eka untuk masuk ke sekolah, tapi juga bagi kedua orang tuanya.
Setelah menerima laporan via telp, Ketua AWDI DPC Aceh Tamiang melalui wakilnya Eri Afandi langsung membentuk tim untuk investigasi kasus ini guna mencari kebenarannya.
Menurut Eri Beo sapaan akrabnya, terkait penyampaian oleh narasumber, tim investigasi menelusuri beberapa tempat untuk mencari keterangan. Diawali penelusuran ke Perguruan Pencak Silat Kesatria Nusantara di Opak Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang.
Namun hanya nomor handphone salah satu pelatih dari perguruan yang didapat tim AWDI. Saat dihubungi via seluler di pada nomor 0852xxxxx oleh Tim AWDI, pelatih tersebut meminta, agar tim AWDI menemuinya.
Dalam pertemuan tersebut, pelatih yang tidak ingin namanya dipublikasikan membenarkan apa yang sudah disampaikan oleh narasumber sebelumnya. Sampai ada bahasa, “siswi kami menang, kami cuma dapat senyuman saja,” tuturnya.
Menurutnya, bahasa itu keluar dari pihak sekolah saat saya mendampingi orangtua dari Eka guna memediasi dan mencari titik temu dari permasalahan yang ada ini (4/10/2018).
Kemudian tim melanjutkan penelusuran dengan datang menjumpai Nuraini sang Kepala SDN Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda untuk mengkonfirmasi perihal tersebut.
“Semua bermula dari O2SN tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, Nasional yang dikuti oleh Eka Syafitri murid kelas 6 untuk kegiatan olahraga beladiri,” jelasnya, Sabtu (6/10/2018).
“Kami pihak sekolah tidak pernah mengetahui tentang perlombaan itu, karena semua telah ditangani oleh kabupaten, padahal telah banyak biaya yang dikeluarkan, walaupun kami ada ikut mendampinginya secara tidak langsung.
“Kami hanya ingin mengetahui, hadiah yang didapat dan besaran uangnya, serta tidak ada maksud tertentu, karena biaya yang selama ini dikeluarkan adalah dari biaya operasional sekolah (BOS). Eka sudah empat hari tidak masuk sekolah, kami menduga penyebabnya ada bahasa-bahasa yang tidak enak didengarnya,” tegas Nuraini.
Sementara itu ditempat yang sama, Mardiah Wali Kelas Eka menyampaikan, pihak sekolah sudah ke rumahnya, juga bertemu orangtua Eka dan disampaikan kalau hari Senin (8/10/2018), ianya sudah siap masuk sekolah seperti biasanya.
Pada kesempatan tersebut juga, Gabriandi Ketua Komite Sekolah menyampaikan, diupayakan nantinya agar tidak terjadi kesalahan komunikasi, maka pihak sekolah harus mendapatkan laporan dari guru pendamping.
“Masuknya kembali Eka nanti ke sekolah, situasi harus kembali normal, tidak ada intimidasi, namun jika itu terjadi, maka orangtua harus melaporkannya pada saya,” ucap Gabriandi.
Ditempat terpisah dirumahnya beralamat Dusun Palmerah Desa Salahaji Kecamatan Pematang Jaya Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, Muliadi orangtua Eka Syahfitri menyampaikan, pada (3/10/2018), keluarga diundang ke sekolah untuk membicarakan uang hadiah perlombaan, dan pihak sekolah meminta agar uang tersebut dibagi dua.
“Kami diberikan waktu satu minggu untuk pengembalian uang tersebut, namun sampai hari ini kelihatanya tidak ada kabar kelanjutannya. Beladiri di Perguruan Kesatria Nusantara merupakan tempat anak saya menimba ilmu ekstrakurikuler, dan dengan biaya sendiri kami perkuat latihan tambahan nya,” jelasnya.
“Kami juga ikhlas menyumbangkan sedikit hadiah pada perguruan beladiri tersebut, agar uangnya dapat berguna untuk setiap pelatihan, dan kami sangat berharap, semua persoalan dapat terselesaikan dengan baik, serta Eka dapat bersekolah kembali,” harap Muliadi. (wdm/B)